Mitos & Legenda
MITOS
Ketika
saya masih anak-anak, nenek saya banyak memberitahu kepada saya pantangan
ataupun larangan yang ia anggap tabu dan jika kita lakukan konon akan
memberikan akibat jelek bagi kita yang melakukannya, pantangan atau larangan
ini sudah menjadi tradisi dan turun temurun secara mulut kemulut serta dongeng.
Tradisi pantangan ataupun larangan ini pasti ada di tiap daerah dan tentunya
ini semua tergantung dari kita untuk menyikapinya,percaya atau tidak. Pada saat sekarang mitos itu masih banyak
terdengar di masyarakat saat ini dan banyak orang yang masih mempercayai itu. Namanya juga mitos, mau percaya atau
tidak, sebenarnya semua itu kembali kepada diri sendiri. Tetapi, seringkali
orang justru terbius kata mitos, dan menganggapnya sebagai sebuah misteri yang
makin lama makin bikin penasaran.
Pada umumnya mitos-mitos dikembangkan
untuk menanamkan dan mengukuhkan nilai-nilai budaya, pemikiran maupun
pengetahuan tertentu, yang berfungsi untuk merangsang perkembangan kreativitas
dalam berpikir.
Mitos berasal dari bahasa Yunani muthos, yang secara harfiah diartikan sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan seseorang. Dalam arti yang
lebih luas, mitos berarti pernyataan, sebuah cerita atau alur suatu drama.
Mitos ialah cerita tentang asal-mula terjadinya dunia seperti sekarang ini,
cerita tentang alam peristiwa-peristiwa yang tidak biasa sebelum (atau
dibelakang) alam duniawi yang kita hadapi ini.
Mitos Air Tiga Rasa
Mitos
air tiga rasa diwariskan secara lisan oleh masyarakat Japan dari generasi ke
generasi selama bertahun-tahun, namun tetap dipertahankan dan masih dipercaya
sampai sekarang. Air tiga rasa mempunyai tiga sumber air, ketiga sumber air
tersebut mempunyai rasa yang berbeda satu sama lain. Sumber air pertama
mempunyai rasa tawar, sumber air kedua mempunyai rasa seperti sprite, dan
sumber air ketiga mempunyai rasa seperti arak. Hal inilah yang memunculkan
persepsi masyarakat yang berbeda dari masyarakat Desa Japan dan sekitarnya.
Mitos air tiga rasa di lingkungan makam Sunan Muria Kabupaten Kudus masih
dipercaya sampai sekarang, alasan masyarakat masih percaya adalah air tiga rasa
merupakan petilasan Syeh Hasan Shadily yang sudah menjadi keyakinan masyarakat
untuk mempercayai mitos air tiga rasa secara turun-temurun sehingga menjadi
budaya. Sebaiknya masyarakat yang mempercayai mitos air tiga rasa tidak
semata-mata mempercayai dari kekuatan air tiga rasa tersebut tetapi harus yakin
bahwa air terserbut berasal dari kebesaran Allah SWT.
LEGENDA
Legenda
adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri mirip dengan mite, yaitu dianggap
benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berlainan dengan mite, legenda
tokohnya manusia, walaupun ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan
seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib.
Legenda dari Sumatera Utara
Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang
petani. Petani ini bernama Toba. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun
lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil
kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah,
tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani
itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang
besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya
dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.
Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah.
Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan
menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku
akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut
terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang
ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah
wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam
petani. “Jangan takut pak, aku juga manusia seperti
engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari
kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk
menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk.
Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah
disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari
seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk
desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari
yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan
tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan
mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan
keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang
iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan
usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata
seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun
mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri
bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi
nama Samosir. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Samosir tumbuh
menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak
nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu
selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya
sendiri.
Memang kata
orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu
hari, Samosir mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana
ayahnya sedang bekerja. Tetapi Samosir tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu
kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah.
Di lihatnya Samosir sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer
kuping anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,”
umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika
itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas
injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin
deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi
dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau.
Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di
tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.
DAFTAR
PUSTAKA
Rantissi, M. 2013. Legenda Danau Toba. Bintang
Indonesia
Komentar
Posting Komentar